Tuesday, January 8, 2008

Konsep Ketuhanan

Bagaimana konsep Ketuhanan dalam manhaj Salaf? pembuktian tentang adanya Allah? dimana Allah? juga di sebutkan dalam kitab suci bahwa Allah mempunyai Tangan, Betis dan Mata ?
Lantas apakah itu tidak menyerupai keadaan makhluk Nya? jika tidak serupa mengapa Allah menggunakan kata tangan dan semisalnya?

Jawab :
Saudara penanya semoga Allah merahmati anda, bahwa konsep ketuhanan menurut manhaj Salaf Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, adalah dengan mengenali Allah melalui pemberitaan dan bimbingan yang ada di dalam Al Qur’an dan As Sunnah. Al Qur’an membimbing kita untuk mengenali Allah dengan melihat bukti-bukti kebesaran Allah dan Maha Sempurnanya Allah pada sifat-sifatnya melalui dua cara. Yaitu :

Yang pertama, dengan memperhatikan ayat-ayat kauniyah dalam bentuk tanda-tanda kekuasaan Allah yang tampak pada alam raya ini dan yang ada pada organ tubuh kita ini. Al Qur’an membimbing kita untuk menggunakan akal pikiran dalam memahami bukti-bukti kebesaran dan keagungan Allah yang ada di alam raya ini dan bahkan di diri kita.

Allah Ta’ala berfirman :

“Kami akan tunjukkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan kami di segala penjuru alam dan di diri mereka sendiri, sehingga menjadi jelas bagi mereka bahwa Allah itu adalah benar adanya. Tidakkah cukup bahwa Tuhanmu itu mempersaksikan atas segala sesuatu” (Fushilat : 53)

Yang kedua, dengan memperhatikan dan memahami ayat-ayat Qur’an dan hadits-hadits Nabi Shollallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Sallam yang shohih yang menerangkan tentang sifat-sifat Allah dan membimbing kita untuk meyakini adanya sifat-sifat Allah itu sesuai dengan apa yang tertera dalam berita-berita tentang sifat Allah tersebut. Tanpa menyerupakan sifat-sifat itu dengan sifat-sifat makhluq yang manapun dan tidak pula menafikan sifat-sifat yang telah di beritakan oleh Allah dan Rasul Nya itu, dan juga tidak menyimpangkan makna ayat-ayat Qur’an dan Hadits-hadits Nabi shollallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Sallam yang memberitakan tentang sifat-sifat Allah itu kepada makna lain hanya karena merujuk kepada pertimbangan akal dan pikiran semata. Maka Allah Ta’ala telah memberitakan tentang dirinya dengan berbagai sifat-sifat Dzatiyah (sifat-sifat yang ada pada DzatNya dan tidak berkaitan dengan makhluq) dan Fi’liyah (sifat-sifat Allah yang berkaitan dengan makhluq).

Contoh sifat-sifat Fi’liyah adalah bahwa Allah mempunyai sifat cinta dan benci kepada makhluqNya, Allah cinta kepada orang-orang yang suka bertaubat kepadaNya atas dosa-dosa yang dia lakukan dan Allah benci orang-orang yang pandai bicara akan tetapi tidak mengamalkan apa yang dia ucapkan.
Contoh sifat-sifat Dzatiyah adalah bahwa Allah mempunyai wajah dan mempunyai kedua tangan, dan tangan Allah kedua-keduanya adalah kanan, dan Allah mempunyai dua mata, dan Allah mempunyai jari-jemari, dan Allah mempunyai telapak kaki, dan Allah mempunyai betis dan sebagainya. Semua sifat-sifat Allah itu adalah sebagian saja dari kesempurnaan diri-Nya yang Allah perkenalkan kepada kita dan tak terhingga banyaknya sifat-sifat Allah yang lainnya yang tidak disebutkan kepada kita karena rahmat Nya kepada kita.

Oleh karena itu tidak sepantasnya kita mempertanyakan mengapa Allah memperkenalkan sifat-sifatNya yang ini dan itu, kalau memang Allah itu tidak serupa dengan makhluq Nya. Karena pernyataan ini tidak masuk akal dan tidak bisa diterima oleh nalar yang sehat. Bukankah Allah itu mempunyai sifat “ada” ? dan makhluq pun mempunyai sifat “ada” ? nama sifat bagi Allah dan mahkluq Nya persis sama yaitu “ada”. Namun sifat “ada” pada Allah keadaannya berbeda dengan sifat “ada” yang ada pada makhluq. “Ada” nya Allah tidak berpermulaan dan tidak berakhiran, “ada” nya Allah karena tidak di adakan oleh pihak lain dan tidak akan di sirnakan keberadaanNya oleh pihak lain. Sedangkan “ada” yang ada pada makhluq asalnya tidak ada kemudian menjadi ada dan memerlukan pihak lain untuk mengadakannya. Di satu saat keberadaan makhluq itu akan berakhir dan di sirnakan keberadaannya oleh pihak lain.
Demikianlah sifat “ada” pada Allah dan sifat “ada” pada makhluq. Nama sifatnya sama, namun keadaan sifat itu berbeda antara keadaan yang satu dengan yang lainnya. Demikian pula kita memahami sifat-sifat Allah yang lainnya. Yang terpenting disini ialah bahwa sifat Allah itu kita yakini adanya setelah diberitakan oleh Allah sendiri didalam Al Qur’an maupun didalam As Sunnah dan kemudian kita pahami berita itu dengan prinsip yang diajarkan oleh Allah, bahwa segala sifat Allah itu tidak serupa dengan apapun dan siapapun. Sifat-sifat Allah itu keadaannya tidak bisa di ukur oleh ukuran apapun sehingga dikatakan bahwa keadaan sifat-sifat Allah itu sesuai dengan kebesaran dan keagunganNya, sementara kebesaran dan keagunganNya tak terhingga.


Al Ustadz Ja'far Umar Thalib

No comments:

Post a Comment