Sunday, March 16, 2008

Dari novel sampai ke film, semakin mengecewakan..

Wah, akhirnya Film Ayat-Ayat Cinta (AAC) yang ditunggu oleh segenap kaum muslimin di Indonesia diputar juga. Walaupun mengalami beberapa hambatan dalam pemutarannya, termasuk hambatan biaya setting latarnya, akhirnya selesai juga.
Yaah, seperti komentar ana yg dulu, film AAC ini menjadi fitnah bagi kaum muslimin, dan ternyata demikian yang telah terjadi. Tetap tidak bisa dijadikan sebagai hujjah bahwa nilai-nilai Islam yg disampaikan dalam film tersebut dapat dijadikan sbagai ajaran/nilai pembelajaran bagi umat Islam. Karena yg namanya syariat itu ketika disampaikan haruslah berdasarkan ilmu. Jangan kita berangggapan menyampaikan suatu syariat Islam, tapi dengan menginjak-injak syarian Islam lainnya. Alah memerintahkan kepada segenap ummat yang beriman untuk memeluk Islam secara keseluruhan dan menjauhi langkah-langkah syaitan. Sebagaimana dalam firman-Nya :
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu". (QS. Albaqoroh : 208).
Lalu bagaimana kandungan nilai Islam dalam film AAC tersebut? Ketika harus menyampaikan bahwa mambaca Al-Qur'an adalah ibadah, di sisi lain adegan menyentuh wanita yang bukan mahrom juga disampaikan. Bahkan lebih ekstrimnya lagi, ketika ada yang menegur film tersebut (seperti ana), justru kaum muslimin lainnya (yang cinta abis sama film AAC) rela menghina dan mencela kaum muslimin yang menegur tersebut, seakan-akan si muslim yang hanya membela syariat Islamnya ini agar tidak diinjak-injak adalah musuh bebuyutannya.
Apa artinya ini, sesama kaum muslimin saja sudah bisa saling mencela dalam menghadapi suatu masalah yg sudah jelas halal haromnya. Bagaimana jika dihadapkan dengan permasalahan yg lebih komplit dan spesifik mengenai syariat Islam berikut perbedaan pendapat di kalangan ulama?
Bahkan, ada komentar salah seorang yg pro pada film AAC tersebut, beliau menyampaikan kutipan komentar si pemeran utama Fahri (Fedi Nurlil) dalam film AAC tersebut. Fedi Nuril menyampaikan rasa sabarnya (pembelaanya) terhadap orang-orang yg kontra dg film tersebut, apalagi komentar orang yang sama sekali belum pernah menontonnya. Tentunya kita melihat siapa yg bicara. Pembicaraan siapa yang harus lebih di dengar, Nabi (syariat Ialam) ataukah Fedi Nuril? Siapakah yang harus lebih dibela kehormatannya, Islam ataukah konsumen pencinta film?
Namun demikian, masih sangat banyak yang berkomentar dengan pembelaan kuatnya bahwa film tersbut merupakan embrio lahirnya kebudayaa Islam dalam dunia perfilman. Apakah iya? Budaya Islam sudah lahir dengan sempurna dan tidak jadi embrio lagi sejak Allah mengutus Nabi Muhammad shollallahu 'alaihi wasallam di muka bumi ini. Embrio budaya+syariat Islam cuma membutuhkan beberapa tahun di ratusan tahun yg lalu untuk berkembang menjadi sosok yang dewasa dan besar. Jika dari film AAC tersebut dikatakan baru sebagai embrio/bayi budaya Islam, waduh... ketinggalan jaman namanya. Seharusnya kita semakin dewasa dengan syariat Islam. Semakin tau mana yang halal dan harom, syubhat, makruh, mubah, sunnah dan wajib. Jangan malah minder dan menutupi diri mencari-cari alasan untuk terhindar dari syariat Islam.
Jika tidak tau, bertanyalah pada orang berilmu yang diakui keilmuannya berdasarkan Alqur'an dan Hadits. Dan juga belajar agama itu bersifat kontinyu, tidak berpeng-akhiran. Tapi, nampaknya, kita baru belajar Islam ketika kita punya keperluan saja, misalnya mau buat film Islam, nah baru belajar Islam. Waaah, terlalu mudah kita berpikiran seperti itu, jangan deeh, nanti kita jadi orang yang ketinggalan jaman terus.
Ya sudahlah, ana cuma berkomentar sekalian memberi nasehat, InsyaAllah bermanfaat.
Bukan mencela mereka, tapi justru mengingatkan sebagai wujud rasa kasih sayang sesama muslim.
Wallahu a'lam bi showab...

Saturday, March 15, 2008

Waktu yang terbuang

Ibnu Jauzi berkata, "Waktu akan semakin berharga jika dijaga dengan baik, tapi aku melihat waktu itu sesuatu yang paling mudah dilalaikan." (Thabaqot Hanabilah I:281)

Umat mulia

Umar bin Khotob berkata, "Sesungguhnya kita adalah kaum yang dimuliakan oleh Allah dengan Islam, maka janganlah kita mecari kemuliaan dengan selainnya." (Ihnya' Ulumiddin 4/203)

Setiap anak Adam pernah bersalah

Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Setiap anak cucu Adam pasti pernah berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah ialah yang banyak bertaubat." (HR. Tirmidzi)

Sabar dan syukur

Umar bin Khotob berkata, "Kalau sekiranya kesabaran dan syukur itu kendaraan, niscaya aku (akan) mengendarainya." (Al-Bayan wa At-Tabyin III/126).

Waspada pada sifat dengki..

Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Waspadalah terhadap sifat dengki, karena sesungguhnya sifat dengki itu dapat memakan pahala kebaikan, seperti api memakan kayu bakar.
(HR. Abu Daud).

Amalan kecil yang menjadi besar..

Ibnul Mubarok berkata, "berapa banyak amalan kecil mejadi besar pahalanya karena niat, dan berapa banyak amalan besar menjadi kecil pahalanya karena niat pula."
(Jami Ulul wal Hikam, 12)

Kebaikan dan dosa

Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Kebaikan adalah akhlaq yang baik, dan dosa adalah sesuatu yang tersembunyi di hatimu dan kamu tidak suka jika orang lain mengetahuinya." (HR. Muslim)