Monday, November 26, 2007

Dua berita duka

Innalillahi wa inna ilaihi rooji’uun, hari ini ada dua berita duka yang saya dapat, keduanya cukup mengejutkan. Namun, yang lebih utama ialah berita duka/musibah dapat menjadikan kita ingat mati dan pendek angan-angan.

1. Subuh tadi, tepat ketika aku baru saja terjaga dari tidurku, nada sms di HPku berbunyi, dan ternyata itu sms dari Abi. Lebih terkejut lagi ketika Abi memberikan sebuah berita duka, musibah gempa bumi melanda kampung halamanku, Bima-Nusa Tenggara Barat, tempat kedua orang tuaku tinggal sekarang. Gempa yang berkekuatan 5.0-6.7 skala richter itu memang sangat mengejutkan. Bersamaan dengan berita musibah itu, Abiku memberitakan bahwa mereka, Abi dan Ummi tidak apa-apa dan juga rumah kami tidak ada yang rusak, Alhamdulillah. Namun, saya yang jauh di Jogja sangat khawatir dengan keadaan mereka.

Teringat saya yang sekarang kuliah di Jogja, meninggalkan kedua orangtua di Bima membuat saya merasa sangat sedih, dan sempat saya menitikkan air mata atas berita musibah tersebut. Orang tua saya hanya tinggal berdua di rumah sekarang ini, tidak ada anak-anaknya yang menemani atau pun pembantu yang membantu meringankan pekerjaan rumah yang cukup besar itu. Kakak-kakak saya sudah menikah semua dan tinggal bersama keluarganya masing-masing. Itu yang membuat saya merasa sangat sedih, kalau saja musibah seperti itu terjadi lagi dan di rumah memang tidak ada orang, saya sangat khawatir dengan mereka, sedangkan saya yang jauh dari mereka tidak bisa berbuat banyak, kecuali doa yang seketika saya panjakan kepada Allah, memohon perlindungan untuk kedua orang tua tercinta agar terhindar dari musibah. Alhamdmulillah hati bisa tenang, setelah saya membalas sms Abi dan memastikan mereka baik-baik saja.

Ingin sekali pulang kembali ke kampung halaman menemani orang tua yang sudah semakin tua, tapi kewajiban kuliah ini masih harus diselesaikan. Tapi tetap saya coba untuk tabah dan tak pernah lelah berdoa kepada Allah untuk keselamatan keduanya.

Orang tua, adalah yang kedua wajib diaati setelah Allah dan Rasul-Nya. Maka kekhawatiran tidak taat kepada keduanya harusnya menjadi yang kedua pula ketika takut jika tidak taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika ada waktu sempat pulang kampung, maka pulang dan menemui mereka adalah lebih utama. Semua kita hendaknya takut, jika waktu kita yang di dunia ini belum sempat kita gunakan untuk taat kepada kedua orang tua kita, mencari ridho keduanya, mengobati kerinduanya, dan meringankan beban di pundaknya. Karena waktu ajal kita tidak ada yang tau. Juga ajal kedua orang tua kita tidak ada yang tau, maka sempatkanlah waktu yang tersisa ini untuk berbakti kepada keduanya. Entah sampai kapan mereka akan melimpahkan kasih sayang mereka kepada kita anak-anaknya, melalui doa dari lisan mereka yang selalu berdoa untuk kesuksesan dan kesalamatan kita, tenaga mereka yang digunakan untuk mencari biaya kuliah kita, itu tidak usah kita tanyakan. Justru yang kita tanyakan adalah diri kita sendiri, kapan kita bisa membalas semua jasa, kasih sayang, jerih payah dan peluh mereka yang berjuang dari sejak kita lahir, membesarkan dan menyekolahkan kita. Bukan sekedar karena musibah yang mengingatkan kita kepada mereka, tapi setiap saat kita harus bisa ingat kepada mereka dan berdoa untuk mereka. Semoga kasih sayang Allah terlimpahkan kepada keduanya, Amiin.

2. Setelah sholat subuh, ketika matahari sudah menampakkan sinarnya, kemudian nada sms di HP saya berbunyi lagi, namun kali ini dari teman. Isinya juga musibah yang mengejutkan. Salah seorang ustadz yang pernah mengisi kajian di masjid kampus saya telah meninggal dunia. Beliau terkena serangan jantung, demikian informasi yang sampai kepada saya. Beliau Ustadz Armen Halim Naro, Lc namanya, rahimahullah. Beliau ustadz yang sangat lembut hatinya, sempat meniggalkan kesan yang menyentuh hati di antara beberapa ikhwan di Jogja melalui beberapa tema kajian yang pernah beliau sampaikan. Yang membuat saya begitu terkesan, kajian beliau yang bertema “Ibu” benar-benar membuat merinding. Motivasi dan semangat yang beliau berikan agar berbakti kepada orangtua, terutama bakti kepada Ibu membuat peserta kajian banyak terisak menangis. Melalui lisan beliau, Allah mengingakan kepada peserta kajian saat itu akan bakti kepada Ibu yang begitu besar seharusnya dilakukan oleh setiap anak laki-laki. Terlebih lagi peserta kajian adalah kebanyakan mahasiswa yang merantau dari berbagai daerah di luar Jogja semakin terisak menangis teringat dengan Ibu yang ditinggal di rumah. Walaupun saya sendiri tidak hadir langsung di kajian bertema Ibu itu, tetapi saya sempat mengkopi kajiannya dan mendengarkannya sendirian. Benar-benar menyentuh hati….

Masih banyak kajian beliau yang berkah berisi ilmu yang bermanfaat yang sempat beliau sampaikan kepada kaum muslimin di Indonesia, baik secara langsung maupun melalui rekaman. Semoga Allah memberikan rahmat dan ampunan kepada beliau, Amiin yaa Robbal ‘aalamiin.

2 comments:

  1. Semoga Allah menempatkan beliau Rahimahullah di SurgaNya, beliau meninggal dengan masih memegang kitab yang beliau baca..

    Kalau antum sempat, carilah ceramah beliau yang berjudul "Belajar Beribadah"

    Jazakallah,

    ReplyDelete
  2. Amin. Insya Allah nanti ana usahakan cari kajian bliau ttg Belajar Beribadah.
    Jazakallah sudah mau mampir di blog ana, mudah-mudahan bisa jadi pengikat ukhuwah...

    ReplyDelete